Selasa, 13 Januari 2009

Pengguna Ijazah Palsu di Takalar Terancam Pidana

Laporan : Mahatir Mahbub
TAKALAR -- Dua nama masing-masing, Kasmawati dan Muhammad Qadar yang sebelumnya dikabarkan diduga menggunakan ijazah palsu di Kabupaten Takalar, terancam dipidanakan. Hal tersebut diungkap Kepala Polisi Resor (Kapolres) Takalar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Chevy Ahmad Sopari, yang dihubungi Fajar, Sabtu 10 Januari, melalui Via telepon selularnya.

Menurut Chevy, untuk sementara ini, pihaknya masih terus melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap keduanya. Apabila dalam proses yang sudah hampir rampung tersebut, membuktikan Kasmawati dan Muhammad Qadar, murni terlibat, kata Chevy, pihaknya langsung melakukan penahanan.

" Proses penyidikan dan penyelidikan kami saat ini, sudah hampir rampung. Tinggal mengumpulkan bukti dan saksi-saksi yang menunjang. Hasil sementara, sudah mendekati kearah pemalsuan. Namun, statusnya masih sebatas saksi. Kita lihat saja hasil pemeriksaan selanjutnya," tegas Chevy.

Selain itu, Chevy mengungkapkan, pihaknya juga sementara ini masih mencari tahu, siapa dibalik pemalsuan ijazah tersebut. Dengan cara menggalang kerjasama berbagai komponen, baik itu masyarakat Takalar sendiri maupun pihak kepolisian di berbagai wilayah.

" Kerja pemalsuan ijazah ini, disinyalir berjaringan. Karena, pengguna ijazah palsu pastilah menggelar penawaran dengan pelaku, pembuat ijazah palsu," lanjut Chevy.

Namun, jelas Chevy, untuk menyatakan keduanya tersangka dan melakukan penahanan, saat ini belum bisa dilakukan oleh pihak kepolisian Takalar. Pasalnya, sesuai aturan hukum yang ada, apabila seseorang masih berstatus terlapor dan saksi. Kemudian pihak kepolisian menggelar penyidikan, belum berhak dilakukan penahanan terhadap orang tersebut.

" Saat ini, kami menilai yang diduga menggunakan ijazah palsu telah memperlihatkan etikat baiknya, dengan bersikap mengikuti aturan hukum. Dimana setiap diadakan pemanggilan pemeriksaan dia selalu hadir," kata Chevy Ahmad Sopari.

Senin, 29 Desember 2008

Polisi Ringkus Pelaku Curanmor

Laporan : Mahatir Mahbub

Makassar -- Satuan unit khusus Polsekta Mamajang, Minggu, 28 Desember, berhasil meringkus dua pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dan satu orang penadah hasil curian, yang kerap meresahkan masyarakat, di Jalan Benteng Somba Opu dan Jalan Damai. Ketiga pelaku tersebut masing-masing, Novianto alias Upi,25, Rusdi alias Aco serta seorang penadah, Hajriah,35. Sedangkan seorang lagi, Wahyu yang juga pelaku curanmor buron.
Kapolsekta Mamajang, AKP Kamaluddin saat dikonfirmasi di tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, para pelaku ini sudah lama menjadi incaran anggota unit khusus Polsekta Mamajang. Mereka baru bisa diringkus, atas adanya kerjasama warga mengenai keberadaan pelaku.
"Saat kedua pelaku Novianto dan Rusdi diamankan polisi, dan melalui pemeriksaan. Keduanya mengaku menjual barang curiannya ke Hajriah dan suaminya Wahyu yang kini buron," ujar Kamaluddin.
Hajriah dan suaminya Wahyu, diketahui bekerja sebagai makelar motor curian. Adapun cara kerja keduanya yaitu, membeli motor curian dengan harga Rp1-2 juta yang telah dibongkar menjadi beberapa bagian. Kemudian spare part motor yang telah dibongkar itu, ditukar dengan motor tua yang memiliki kelengkapan surat-surat.
"Di rumah pasangan suami istri (pasutri) ini pelaku mengaku sudah membongkar sekitar 10 lebih motor bebek dan empat buah motor lainnya, Yamah Jupiter, Honda Revo serta Supra Fit ini baru saja akan dibongkar menjadi kepingan," kata Kamaluddin.
Dengan menggabungkan dan mengganti rangkaian motor tua dengan motor curian ini, pelaku Novianto mengaku telah meraup keuntungan hingga belasan juta rupiah.

Minggu, 28 Desember 2008

Mengintip Kegemaran Para Pejabat

Marga Taufiq, Tentara Pecinta Otomotif

"Jangankan mobil sendiri, melihat mobil orang lain saja kotor, rasanya jiwa ini pengen marah."

Laporan : Mahatir Mahbub

"Soal kebersihan termasuk kendaraan, saya juga terapkan di kantor saya di Kodim 1408/BS. Tidak tanggung-tanggung saya menegur anggota, bila melihat ada kendaraan yang kotor dan tidak terawat." Pria itu langsung menyambung ucapannya lagi.
Dia adalah Komandan Kodim 1408/BS, Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri 1408/BS Marga Taufiq. Kalimat itu dilontarkannya ketika saya menemui dia di kediamannya di Jl Baji Iman Nomor 1, Sabtu, 27 Desember.
Soal kebersihan kendaraan ini, memang sangat diperhatikan Marga. Maklum, dia adalah pecinta otomotif. Tak heran, di halaman rumahnya, selalu terparkir kendaraan roda empat tahun 1980 jenis Jeep. Mobil itu selalu mengkilap ibarat pajangan yang jarang tersentuh.
Tapi jangan mengira Jeep itu betul-betul hanya pajangan. Menurut Marga, Jeep CJ-7 miliknya sudah empat kali mengikuti turnamen. Baik itu turnamen lokal hingga ke Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Tak tanggung-tanggung, saingannya termasuk driver-driver andal kelas nasional dan internasional. Itu ia lakoni ketika masih menjabat Komandan Kodim Palopo, 2005 silam.
Kegemarannya akan dunia otomotif bukan lah muncul secara tiba-tiba dan nanti setelah ia menjadi seorang tentara. Semua itu berawal dan terbentuk dari seringnya ia ikut bersama almarhum ayahnya, yang juga mantan anggota TNI di Kodam VII Wirabuana. Maklum ayahnya bekerja di bagian staf peralatan Kodam VII Wirabuana di bengkel kendaraan Kodam VII Wirabuana.
"Kalau almarhum bapak saya sedang mengecek kondisi mesin kendaraan saya terus memerhatikan dan paling cerewet bertanya soal mesin mobil. Di situlah ilmu tentang kendaraan roda empat dan kecintaan terhadap otomotif muncul hampir secara bersamaan. Beberapa dari saudara saya juga senang dengan otomotif," beber Taufiq.
Jeep milik Marga ini sendiri dibeli di Bandung. Ketika itu, tahun 1995, pria yang memilik tubuh tegap ini lulus Akabri dan ditugaskan di Kostrad Bandung, bersama Prabowo. "Ini sudah tiga kali dipermak hingga dikembalikan seperti model aslinya sepeti sekarang," katanya.
Untuk perawatan Jeep CJ-7 ini, Marga mengaku berpedoman pada buku-buku otomotif jenis terbaru. Karena kecintaannya akan otomotif, ia juga rela menggelontorkan uang hingga ratusan juta untuk Jeep-nya. Saat ditanya, bagian apa dari Jepp CJ-7 ini yang termahal, Marga menjawab, atapnya. Karena untuk atap yang terbuat dari kain ini, Marga harus membelinya di Amerika. Modelnya pun terbagi menjadi dua, ada yang menutup penuh dan ada yang hanya setengah.
" Untuk perawatan kendaraan yang spesifik, saya kerja sendiri. Bagi saya, hanya kita saja yang tahu apa kekurangan milik kita, bukan orang lain. Di TNI, kita memang sudah dilatih untuk bisa memperbaiki setiap kendaraan jenis apapun, dan itu wajib hukumnya. Kalau mau melihat saya cerewet, ketika ada mobil yang nongkrong dalam keadaan kotor," ungkapnya sambil tertawa.
Namun belakangan, Marga mengaku sering terusik. Pasalnya, Jeep kesayangannya mulai diicar orang lain. Tawaran bertubi-tubi untuk Jeep-nya datang bergantian. Dia mengaku sudah ada yang berani menawar hingga Rp 80 juta. Tapi karena kecintaannya akan Jeep dan otomotif, Marga mengaku akan menolak tawaran, berapapun itu. "Pernah ada Jeep saya yang terjual. Itupun yang membeli saudara saya juga. Namun, kalau dikatakan menyesal, saya mungkin menyesal. Tapi katanya akan dirawat baik, jadi saya berikan," ujarnya.
Selama menggeluti dunia otomotif, Marga tidak ketinggalan mengikuti komunitas pencinta Jeep. Ia kini tergabung di American Jeep yang terletak di Jalan Lompobattang dan di MCJB. Dalam komunitas tersebut, Marga banyak bertukar pikiran mengenai dunia otomotif. Menurut Marga, tergabung dalam suatu komunitas seperti komunitas Jeep adalah suatu hal yang sangat positif. Selain bisa menambah wawasan tentang otomotif, ikut dalam komunitas juga sangat membantu dalam memberikan informasi, dan terlebih memperbanyak teman.
"Kalau sudah berada di tengah-tengah pecinta otomotif, sepertinya saya lupa kesibukan kantor. Semua ketegangan hilang dengan sendirinya. Yang ada di kepala hanya bagaimana menambah perbendaharaan wawasan di dunia otomotif. Biasanya, setelah pulang dari teman-teman komunitas Jeep dan tiba di rumah, pasti saya berfikir bagusnya Jeep ini dimodel bagaimana lagi ya?" kata Marga Taufik. (*)

Kamis, 25 Desember 2008

Polresta KP3 Bekuk DPO Poltabes Manado

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Anggota unit khusus Polisi Resor Kota (Polresta) Pelabuhan (KPPP), Rabu 24 Desember berhasil membekuk, Harry Sanger alias Mantep,23 yang sejak tahun 2004 masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Poltabes Manado, di Jalan Ahmad Yani.
Sesuai informasi dari pihak Polres KPPP, Harry di tahun 2004, pernah terlibat dalam penganiayaan di Jalan Sri Solo, Manado sehingga korbannya, Harimokoago, yang seorang karyawan salah satu perusahaan di Kota Manado, tewas dan mayatnya dibuang ke laut.
Harry yang ditemui di Polresta KPPP mengaku, dirinya membunuh korbannya atas dasar pembelaan diri. Kejadiannya, kata Harry, di tahun 2004 sekira pukul 04.00 Wita, saat ia (Harry) bersama rekannya baru pulang dari rumah keluarganya yang sedang kematian, dalam keadaan mabuk.
" Di Manado, setiap pelayat pasti disuguhkan minuman di rumah duka. Alasannya, supaya ditengah malam kami-kami tidak merasa ngantuk saat menyanyikan lagu hiburan untuk keluarga duka," ungkap Harry.
Melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.00 Wita, Harry dan rekannya yang sudah dalam pengaruh minuman keras (miras), pamit pulang dan melintas di lokasi kejadian (TKP) di Jalan Sri Solo Manado, dengan menggunakan sepeda motor. Tiba-tiba, korban (Harimokoago) menahan kedua tersangka dan memukul rekan Harry hingga tidak sadarkan diri.
"Saya tidak tau apa masalahnya. Saya hanya membela diri, karena tiba-tiba itu orang langsung menahan dan memukul teman saya sampai pingsan. Melihat itu, saya langsung singel (berkelahi,red) dengan korban yang tubuhnya jauh lebih besar dari saya. Ketika dia (korban,red) terjatuh, saya langsung menikamnya dengan pisau (badik,red) di bagian dada kiri sampai dia tewas. Setelah itu, saya buang mayatnya ke laut," kilah Harry.
Kepala Unit (Kanit) Reserse Umum (Resum) Polresta KPPP, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Samuel Mongkow, yang ditemui di ruangannya mengatakan, tersangka berhasil dibekuk setelah mengikuti jejaknya dari Satu tahun lalu, ketika laporan dari Poltabes Manado masuk ke Polresta KPPP. Saat dibekuk di parkiran di arena Billiard di Jalan Ahmad Yani, tersangka tidak memberikan perlawanan sedikitpun. Alasannya, tersangka bermaksud mengunjungi teman wanitanya di arena Billiard tersebut.
" Semua foto dan jejak korban sudah kami kantongi dari tahun lalu. Penangkapannya baru sekarang, karena tersangka selama ini berpindah-pindah, dari Jakarta ke Makassar. Kami berhasil menangkapnya, juga atas bantuan informasi dari masyarakat yang kami kembangkan," kata Samuel.
Samuel menambahkan, tersangka malam ini (kemarin,red) akan diserahkan kepihak Polsekta Wanea Manado, yang sudah berada di Kota Makassar," Surat serah terimanya telah kami buat dan sudah ditandatangani oleh anggota Polsekta Wanea Manado. Tersangka sendiri akan diancam dengan pasal berlapis KUHP yakni, pasal 338, pasal 353, serta pasal 354 dengan masa tahanan hingga 15 tahun. Yaitu, melakukan penganiayaan sehingga menghilangkan nyawa seseorang. Rekan Harry sendiri, sudah menjalani masa tahanannya di Manado," jelas Samuel.

Rabu, 24 Desember 2008

Lagi, Polwiltabes Bekuk 7 Pelaku Penipuan Melalui SMS

Laporan : Mahatir Mahbub
MAKASSAR -- Setelah berhasil menangkap Tujuh pelaku penipuan melalui Short Message Service (sms) bulan November lalu di Gowa, anggota unit khusus Polwiltabes Makassar yang dipimpin langsung Kepala Unit (Kanit) Khusus Polwiltabes, Ajun Komisaris Polisi
(AKP) Rafiuddin, Selasa malam, 23 Desember, kembali membekuk Tujuh kawanan penipuan sms lainnya di dua tempat yakni, di Jalan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan Jalan Sunu.

Ke Tujuh pelaku yang juga berasal dari Kecamatan Belawa, Sidrap itu masing-masing, Ishak alias Iccang,23, Amrullah,24, Amirullah,20, Zulkifli,22, Mustamar,25, Nursam,24, serta pemipinnya Arif,23. Adapun barang bukti yang berhasil diamankan dari tangan ke Tujuh pelaku tersebut yakni, Kartu kredit, Handphone (hp), Dompet, kartu perdana jenis Simpati, Buku tabungan, STNK mobil palsu, Satu set komputer, Scan (alat pembuat kupon undian), bungkus sabun jenis Attack, Televisi 14 inchi, Playstation, Speaker jenis Toshiba. Selengkapnya lihat di grafis.

Informasi yang dihimpun Fajar, Rabu 24 Desember dari Kanit Khusus Polwiltabes Makassar, AKP Rafiuddin, penangkapan ke Tujuh pelaku tersebut berawal dari tertangkapnya Ishak alias Iccang di depan pintu Satu Universitas Hasanuddin (Unhas), dengan cara menghubunginya melalui via Handphone (hp) menggunakan suara wanita.

" Ishak kami pancing untuk ketemuan di depan pintu Satu Unhas. Suara wanita kami gunakan untuk memancing Ishak, dengan berpura-pura menjadi pemenang undian (korban,red) dan bermaksud ingin memberi uang administrasi yang diminta oleh pelaku," ungkap Rafiuddin.

Setelah menemui kesepakatan untuk janjian di depan pintu Satu Unhas, Ishak kemudian mendatangi anggota kepolisian yang langsung membekuknya. Dari penangkapan Ishak inilah, anggota unit khusus Polwiltabes melakukan pengembangan ke-enam rekan pelaku
lainnya. Dari pengembangan, anggota menangkap Mustamar dan Nursam di BTP. Sedangkan pelaku utama Arif, Amrullah, Amirullah, serta Amrullah dibekuk di Jalan Sunu.

" Kami membekuk mereka di dua tempat. Itu dari hasil tertangkapnya Ishak yang bertugas sebagai pencetak kupon. Selama ini kami kira kalau semua alat yang digunakan pelaku berada di Belawa. Namun setelah kami menggeledah rumah kontrakan Arif di Jalan Sunu, semua alat ada di rumah tersebut," tambah Rafiuddin.

Adapun cara yang digunakan oleh ketujuh pelaku ini, sama seperti yang digunakan oleh tujuh pelaku yang tertangkap sebelumnya di Kabupaten Gowa, yakni dengan menggunakan nama petinggi Polri yang ada di Sulsel seperti Kapolwiltabes Makassar, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Burhanuddin Andi, Wadir Reskrim Polda Sulselbar, serta beberapa nama lainnya.

Pengakuan pelaku utama, Arif di depan pemeriksa di Polwiltabes Makassar mengatakan, dirinya menjalankan praktik penipuan ini sejak Satu tahun lalu, dan telah meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah. Enam anggota lainnya mendapatkan 10 persen dari setiap
korbannya," Satu bulan tidak tentu berapa korban. Biasanya Tiga atau Empat orang. Setiap korban, anggota yang menemukan saya beri Sepuluh persen dari hasil yang diperoleh. Sebelum melakukan aksi, saya melakukan ritual dengan membaca doa di depan sesajen," beber Arif.

Selama melakukan aksinya tercatat dari hasil pemeriksaan pelaku, sudah Sepuluh kali mereka berhasil menipu korbannya dengan menggunakan nama biasa, Sepuluh kali menggunakan nama AKBP Muliyadi dan sekali menggunakan nama Kapolwiltabes Makassar.

Arif yang diperintahkan mempraktikkan melalui hp : " Hallo selamat pagi, saya Kapolwiltabes Makassar meminta saudara, untuk membantu mengirimkan biaya administrasi ke perusahaan yang saudara menangkan undiannya," itulah cara Arif menipu korbannya.

Kapolwiltabes Makassar, Kombes Pol Burhanuddin Andi, sempat geram melihat tujuh pelaku saat menyempatkan diri mengunjungi di ruang pemeriksaan. Pasalnya, alasan Burhanuddin, ini yang kedua kalinya namanya di catut oleh pelaku untuk menipu," Saya yakin mereka ada yang membekingi. Tidak mungkin mereka berani, mengetahui dan menyebut nama petinggi Polri yang ada di Sulsel kalau tidak ada yang memebritahukan mereka," ucap Burhanuddin.

Adapun kartu tanda anggota (KTA) yang dipegang pelaku, atas nama salah satu anggota bagian Subbid Bin Profesi Bidang Propam Polda Sulselbar yakni, Brigadir Polisi (Brigpol) Ariadi. Burhanuddin mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas oknum polisi tersebut.
Pasalnya penangkapan sebelumnya, KTA seperti itu juga dimiliki oleh pelaku.

" Kami Polri tidak akan memberikan toleransi kepada siapapun anggota Polri, yang terlibat dalam tindak kriminal. Nama oknum tersebut akan kami usut dan apabila terbukti pasti akan ditindaki, dengan seberat-beratnya. Ini sudah yang kedua kalinya nama oknum tersebut disebut oleh pelaku," tegas Burhanuddin.

Pengakuan Arif sendiri, dirinya sering memberi uang sebesar Seratus ribu kepada oknum anggota Propam tersebut, setiap bertemu. Dan lebih parahnya lagi, kata Arif anggota Propam Polda Sulselbar itu, mengetahui praktik penipuan yang selama ini digelutinya," Dia
au pekerjaan saya seperti ini. Setiap ketemu saya beri uang sebesar Seratus ribu kepada Brigpol Ariadi," ungkap Arif.

=========================
Grafis barang bukti yang diamankan :
Untuk kartu kredit :Delapan dari Bank Republik Indonesia (BRI)Dua belas dari Bank Nasional Indonesia (BNI)Lima dari Bank MandiriSatu dari Bank DanamonSatu dari BCA
Yang lainnya :Empat belas Handphone (hp) berbagai merekEnam DompetTiga belas Kartu Perdana jenis SimpatiSatu buku tabungan dari Bank Nasional Indonesia (BNI)Satu unit Televisi 14 inchiSatu unit Playastation tipe Tiga
Perlengkapan Komputer seperti :Satu unit CPUSatu unit MonitorDua unit Printer jenis hpDua unit Speaker komputer===============
Tugas-tugas pelaku
- Arif, warga Wongkoe Belawa, pimpinan komplotan, tugas bicara dengan korban- Ishak bertugas sebagai pencetak kupon- Amrullah bertugas sebagai penjemput uang di lokasi janjian, dan sering menggunakan
nama petingga Telkomsel Bambang Wardoyo- Amirullah bertugas sebagai penjemput uang di lokasi janjian, dan sering menggunakan
nama petinggi Bank Indonesia (BI)- Zulkifli bertugas sebagai pembeli perlengkapan- Mustamar bertugas meng-sms korban- Nursam bertugas meng-sms korban.

Kamis, 18 Desember 2008

Kenang Perjuangan Sudirman, Kodam VII Wirabuana Gelar Hari Infanteri

Laporan : Mahatir Mahbub
Kodam VII Wirabuana, Makassar

MAKASSAR -- Salah satu bentuk mengenang kembali peristiwa bersejarah di Yogyakarta yaitu, serangan militer Belanda yang dikenal dengan nama Agresi Militer II, Komando Daerah Militer (Kodam) VII Wirabuana menggelar hari Infanteri yang ke-63, Jumat 19 Desember.

Dalam peringatannya di markas Kodam VII Wirabuana, anggota Infanteri mengenakan perlengkapan dan persenjataan yang sangat sederhana. Informasi yang dihimpun Fajar, hal tersebut dimaksudkan agar anggota Infanteri terus memegang tekad dan semangat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Sudirman. Dimana pada Agresi Militer II di Yogyakarta, TKR berhasil memenangkan pertempuran untuk merebut Yogyakarta kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Adapun ritual anggota Infanteri sebelum melaksanakan upacara peringatan hari Infanteri tahun ini, anggota Infanteri menggelar gerak jalan, yang disebut dengan gerak jalan Peleton (Tonting) Yudhawastu Pramukha (YWPJ). Dalam gerak jalan yang dimulai sejak tanggal 15 Desember dan star di Bulukumba itu, melibatkan 17 Peleton dengan 17 etape dan menempuh 210,4 km.

Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djoko Susilo Utomo, yang ditemui setelah upacara mengatakan, peringatan hari Infanteri yang digelar setiap tanggal 19 Desember ini, adalah salah satu wujud mengenangkan kembali perjuangan Jenderal Sudriman, yang terus mempertahankan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

"Kita tahu, bagaiman perjuangan Jenderal Sudirman pada waktu itu di kota Yogyakarta. Beliau berjuang dengan cara bergerilya meskipun dalam keadaan sakit. Apa tujuan Sudirman kala itu, beliau ingin memperlihatkan ke PBB dan Belanda, kalau tentara Indonesia masih ada untuk mempertahankan NKRI," kenang Djoko.

Namun, saat ini keluh Djoko, perjuangan-perjuangan tersebut sudah mulai terlupakan oleh anak dan cucu bangsa, yang merupakan penerus perjuangan untuk mempertahankan kekokohan NKRI kedepan," Tapi kalau saya lihat, kemajuan tekhnologi dan kemoderenan perlahan-lahan mengikis semangat nasioanlisme bangsa kita. Coba tanyakan kembali ke anak-anak kita, apakah mereka masih mengetahui apa itu PKI dan gerakannya. Pasti sebagian besar dari mereka sudah tidak mengetahui itu," kata Djoko.

Akibatnya, ungkap Djoko, sekarang ini hampir sebagian besar kota di Indonesia, marak terjadi bentrokan yang sebenarnya bisa didudukkan secara bersama," Coba lihat sekarang bentrokan, antarmasyarakat dengan masyarakat, antarmahasiswa dengan mahasiswa, dan lebih parahnya lagi, antarmahasiswa dengan aparat penegak hukum. Jadi memang ada indikasi bangsa kita sekarang ini, kembali dimasuki oleh paham komunis yang ingin mengadu domba, untuk menghancurkan bangsa Indonesia," ujarnya.

" Untuk itu, semua komponen masyarakat, mari kita kembali merenungi apa yang telah pahlawan-pahlawan kita lakukan untuk memerdekakan kita dari penjajahan. Agar kita bisa menjaga bangsa ini, dari masuknya pemikiran-pemikiran saling menginjak-injak demi kepentingan pribadi," lanjut Djoko Susilo Utomo.

Selasa, 16 Desember 2008

DPO Jambret Dibekuk Polisi

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Berakhir sudah aksi kriminal Ahmad alias Aco Te'ne,23. Warga Jalan Cumi-cumi yang merupakan daftar
pencarian orang (DPO) Polsekta Panakkukang, atas kasus jambret ini dibekuk anggota unit khusus Polsekta
Panakkukang, Senin 15 Desember malam. DPO tersebut dibekuk di sekitaran rumahnya dalam keadaan mabuk.
Informasi yang dihimpun Fajar dari pihak Polsekta Panakkukang, pria yang badannya dipenuhi dengan tatto itu,
memiliki 15 TKP (lokasi jambret). Namun, dari pengakuan tersangka sendiri, dirinya hanya memiliki 10 TKP.
Masing-masing, sekitaran Jalan AP Pettarani, Pengayoman, Abdullah Daeng Sirua, Sukaria, Mall Panakkukang, Jalan
Flores hingga sepanjang Jalan Penghibur.
Selain laporan kepolisian di Polsekta Panakkukang, Aco Te'ne juga memiliki laporan kepolisian di Polwiltabes Makassar,
dan Polsekta Makassar. Anggota Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polwiltabes Makassar, Inspektur Dua (Ipda) Jopie
Dyei dan Ipda Wahyu, yang berkunjung ke Polsekta Panakkukang mengungkapkan, tersangka yang berhasil
ditangkap oleh anggota unit khusus Polsekta Panakkukang tersebut, memang sangat licin.
Pasalnya, kata Jopie, tersangka ketika dalam pengejaran polisi tergolong sangat cepat menghindar," Setiba di
Polwiltabes Makassar, kami akan membuka kembali laporan polisi tersangka. Kemungkinan besar lokasi yang
ditempati melakukan aksinya, sama dengan laporan yang ada di SPK Polwiltabes Makassar. Pernah ada laporan,
korban ada yang dirampas dompet, tas, uang dan motornya oleh tersangka dengan menggunakan badik," kata
Jopie.