Bentrok, Tiga Warga Tewas, Satu Kritis
*Dipicu SPPT Ganda
MAKASSAR -- Bentrokan warga yang dipicu sengketa lahan, kembali terjadi di perbatasan Gowa-Takalar, Sabtu 23 November. Dalam bentrokan itu, tiga warga tewas dan satu masih terbaring di RS Wahidin Sudirohusodo dalam keadaan kritis.
Warga yang tewas masing-masing, Haeruddin Daeng Nompo,32 dari Desa Toata Kecamatan Polut, Takalar. Sebelum meninggal dia mengalami luka tikaman badik dibagian perut kanan dengan usus terburai, bagian lengan kiri dan pergelangan tangan kanan. Dua lainnya dari kabupaten Gowa yakni, Syahruddin Daeng Lawa,44 dari Dusun Bilampang, Desa Tana Karaeng Kecamatan Manuju. Mengalami luka tusukan badik dibagian dada kanan sebanyak dua kali, serta Rahim Daeng Pasang,50 Dusun Tabakang, Desa Julumpamai Kecamatan Bajeng, dengan luka leher kiri, dada kiri, tangan kiri dan kanan, kepala sebelah kiri, dan punggung sebelah kiri kanan.
Sedangkan yang masih sekarat dan kini mendapatkan perawatan intensif, di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, yakni Baharuddin Daeng Nyampa,38. Warga Dusun Belampang, Gowa ini mengalami luka parah dibagian perut dan belakang akibat tikaman badik, serta punggung dan paha.
Bentrokan tersebut dipicu oleh sengketa kepemilikan lahan yang berukuran sekira satu hektar. Lahan tersebut, saat ini masih dalam proses penyelidikan dan penyidikan Polresta Gowa. Kedua kubu yang bersengketa, merasa bahwa lahan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa itu milik mereka. Pasalnya, kedua kubu memegang bukti surat pembayaran pajak tanah (SPPT), yang diperoleh dari pemerintah terkait.
Mawarni Daeng Nipa,38, istri Baharuddin Daeng Nyampa yang ditemui di RS Wahidin Sudirohusodo mengatakan, kalau suaminya itu tidak mengetahui bahwa lahan milik kakaknya, Daeng Sipatu adalah lahan sengketa. Kata Mawarni, suaminya hanya dipanggil untuk menanam jagung dan diberi upah oleh kakaknya tersebut."Suami ku hanya dijemput motor di rumah oleh Daeng Sipatu. Katanya minta tolong menanam jagung. Sutriani (anak korban, red) kemudian menyusul," katanya.
Korban dan kakaknya tersebut, kemudian berangkat ke lahan sengketa yang tidak lama kemudian disusul oleh anaknya. Ketika tiba dilahan dan menanam jagung, jelas Mawarni tidak lama kemudian datang puluhan warga dari perbatasan Takalar dan menyerang ke lahan."Pas tiba anakku di lahan garapan, tiba-tiba disampaikan kalau suami ku dipukul dan diparangi. Kemudian, ada informasi juga kalau sudah ada yang tewas di lahan garapan tersebut," paparnya.
Menanggapi bentrokan warga tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sulselbar, Komisaris Besar polisi Heri Subiansauri yang dikonfirmasi melalui telepon selularnya, Sabtu sore 23 November mengaku pihaknya dari Polresta Gowa, Polresta Takalar serta Polwiltabes Makassar telah melakukan tindakan upaya pencegahan terjadinya bentrokan susulan.
Heri menambahkan, upaya-upaya tersebut yakni melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), melakukan pemeriksaan sejumlah saksi, memeriksa korban, serta mengumpulkan barang bukti. Sekitar lokasi kata Heri, aparat kepolisian yang diterjunkan langsung menggelar pengamanan.
"Kepolisian sudah melakukan koordinasi lintas sektoral dengan aparat pemerintah Gowa dan Takalar. Selain itu, seluruh tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh kepemudaan, kami kumpulkan untuk mencari titik penyelesaian masalah. Anggota telah kami siapkan untuk melakukan pengamanan sepanjang Gowa dan Takalar," kata Heri.
Minggu, 23 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar