Senin, 29 Desember 2008

Polisi Ringkus Pelaku Curanmor

Laporan : Mahatir Mahbub

Makassar -- Satuan unit khusus Polsekta Mamajang, Minggu, 28 Desember, berhasil meringkus dua pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dan satu orang penadah hasil curian, yang kerap meresahkan masyarakat, di Jalan Benteng Somba Opu dan Jalan Damai. Ketiga pelaku tersebut masing-masing, Novianto alias Upi,25, Rusdi alias Aco serta seorang penadah, Hajriah,35. Sedangkan seorang lagi, Wahyu yang juga pelaku curanmor buron.
Kapolsekta Mamajang, AKP Kamaluddin saat dikonfirmasi di tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, para pelaku ini sudah lama menjadi incaran anggota unit khusus Polsekta Mamajang. Mereka baru bisa diringkus, atas adanya kerjasama warga mengenai keberadaan pelaku.
"Saat kedua pelaku Novianto dan Rusdi diamankan polisi, dan melalui pemeriksaan. Keduanya mengaku menjual barang curiannya ke Hajriah dan suaminya Wahyu yang kini buron," ujar Kamaluddin.
Hajriah dan suaminya Wahyu, diketahui bekerja sebagai makelar motor curian. Adapun cara kerja keduanya yaitu, membeli motor curian dengan harga Rp1-2 juta yang telah dibongkar menjadi beberapa bagian. Kemudian spare part motor yang telah dibongkar itu, ditukar dengan motor tua yang memiliki kelengkapan surat-surat.
"Di rumah pasangan suami istri (pasutri) ini pelaku mengaku sudah membongkar sekitar 10 lebih motor bebek dan empat buah motor lainnya, Yamah Jupiter, Honda Revo serta Supra Fit ini baru saja akan dibongkar menjadi kepingan," kata Kamaluddin.
Dengan menggabungkan dan mengganti rangkaian motor tua dengan motor curian ini, pelaku Novianto mengaku telah meraup keuntungan hingga belasan juta rupiah.

Minggu, 28 Desember 2008

Mengintip Kegemaran Para Pejabat

Marga Taufiq, Tentara Pecinta Otomotif

"Jangankan mobil sendiri, melihat mobil orang lain saja kotor, rasanya jiwa ini pengen marah."

Laporan : Mahatir Mahbub

"Soal kebersihan termasuk kendaraan, saya juga terapkan di kantor saya di Kodim 1408/BS. Tidak tanggung-tanggung saya menegur anggota, bila melihat ada kendaraan yang kotor dan tidak terawat." Pria itu langsung menyambung ucapannya lagi.
Dia adalah Komandan Kodim 1408/BS, Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri 1408/BS Marga Taufiq. Kalimat itu dilontarkannya ketika saya menemui dia di kediamannya di Jl Baji Iman Nomor 1, Sabtu, 27 Desember.
Soal kebersihan kendaraan ini, memang sangat diperhatikan Marga. Maklum, dia adalah pecinta otomotif. Tak heran, di halaman rumahnya, selalu terparkir kendaraan roda empat tahun 1980 jenis Jeep. Mobil itu selalu mengkilap ibarat pajangan yang jarang tersentuh.
Tapi jangan mengira Jeep itu betul-betul hanya pajangan. Menurut Marga, Jeep CJ-7 miliknya sudah empat kali mengikuti turnamen. Baik itu turnamen lokal hingga ke Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Tak tanggung-tanggung, saingannya termasuk driver-driver andal kelas nasional dan internasional. Itu ia lakoni ketika masih menjabat Komandan Kodim Palopo, 2005 silam.
Kegemarannya akan dunia otomotif bukan lah muncul secara tiba-tiba dan nanti setelah ia menjadi seorang tentara. Semua itu berawal dan terbentuk dari seringnya ia ikut bersama almarhum ayahnya, yang juga mantan anggota TNI di Kodam VII Wirabuana. Maklum ayahnya bekerja di bagian staf peralatan Kodam VII Wirabuana di bengkel kendaraan Kodam VII Wirabuana.
"Kalau almarhum bapak saya sedang mengecek kondisi mesin kendaraan saya terus memerhatikan dan paling cerewet bertanya soal mesin mobil. Di situlah ilmu tentang kendaraan roda empat dan kecintaan terhadap otomotif muncul hampir secara bersamaan. Beberapa dari saudara saya juga senang dengan otomotif," beber Taufiq.
Jeep milik Marga ini sendiri dibeli di Bandung. Ketika itu, tahun 1995, pria yang memilik tubuh tegap ini lulus Akabri dan ditugaskan di Kostrad Bandung, bersama Prabowo. "Ini sudah tiga kali dipermak hingga dikembalikan seperti model aslinya sepeti sekarang," katanya.
Untuk perawatan Jeep CJ-7 ini, Marga mengaku berpedoman pada buku-buku otomotif jenis terbaru. Karena kecintaannya akan otomotif, ia juga rela menggelontorkan uang hingga ratusan juta untuk Jeep-nya. Saat ditanya, bagian apa dari Jepp CJ-7 ini yang termahal, Marga menjawab, atapnya. Karena untuk atap yang terbuat dari kain ini, Marga harus membelinya di Amerika. Modelnya pun terbagi menjadi dua, ada yang menutup penuh dan ada yang hanya setengah.
" Untuk perawatan kendaraan yang spesifik, saya kerja sendiri. Bagi saya, hanya kita saja yang tahu apa kekurangan milik kita, bukan orang lain. Di TNI, kita memang sudah dilatih untuk bisa memperbaiki setiap kendaraan jenis apapun, dan itu wajib hukumnya. Kalau mau melihat saya cerewet, ketika ada mobil yang nongkrong dalam keadaan kotor," ungkapnya sambil tertawa.
Namun belakangan, Marga mengaku sering terusik. Pasalnya, Jeep kesayangannya mulai diicar orang lain. Tawaran bertubi-tubi untuk Jeep-nya datang bergantian. Dia mengaku sudah ada yang berani menawar hingga Rp 80 juta. Tapi karena kecintaannya akan Jeep dan otomotif, Marga mengaku akan menolak tawaran, berapapun itu. "Pernah ada Jeep saya yang terjual. Itupun yang membeli saudara saya juga. Namun, kalau dikatakan menyesal, saya mungkin menyesal. Tapi katanya akan dirawat baik, jadi saya berikan," ujarnya.
Selama menggeluti dunia otomotif, Marga tidak ketinggalan mengikuti komunitas pencinta Jeep. Ia kini tergabung di American Jeep yang terletak di Jalan Lompobattang dan di MCJB. Dalam komunitas tersebut, Marga banyak bertukar pikiran mengenai dunia otomotif. Menurut Marga, tergabung dalam suatu komunitas seperti komunitas Jeep adalah suatu hal yang sangat positif. Selain bisa menambah wawasan tentang otomotif, ikut dalam komunitas juga sangat membantu dalam memberikan informasi, dan terlebih memperbanyak teman.
"Kalau sudah berada di tengah-tengah pecinta otomotif, sepertinya saya lupa kesibukan kantor. Semua ketegangan hilang dengan sendirinya. Yang ada di kepala hanya bagaimana menambah perbendaharaan wawasan di dunia otomotif. Biasanya, setelah pulang dari teman-teman komunitas Jeep dan tiba di rumah, pasti saya berfikir bagusnya Jeep ini dimodel bagaimana lagi ya?" kata Marga Taufik. (*)

Kamis, 25 Desember 2008

Polresta KP3 Bekuk DPO Poltabes Manado

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Anggota unit khusus Polisi Resor Kota (Polresta) Pelabuhan (KPPP), Rabu 24 Desember berhasil membekuk, Harry Sanger alias Mantep,23 yang sejak tahun 2004 masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Poltabes Manado, di Jalan Ahmad Yani.
Sesuai informasi dari pihak Polres KPPP, Harry di tahun 2004, pernah terlibat dalam penganiayaan di Jalan Sri Solo, Manado sehingga korbannya, Harimokoago, yang seorang karyawan salah satu perusahaan di Kota Manado, tewas dan mayatnya dibuang ke laut.
Harry yang ditemui di Polresta KPPP mengaku, dirinya membunuh korbannya atas dasar pembelaan diri. Kejadiannya, kata Harry, di tahun 2004 sekira pukul 04.00 Wita, saat ia (Harry) bersama rekannya baru pulang dari rumah keluarganya yang sedang kematian, dalam keadaan mabuk.
" Di Manado, setiap pelayat pasti disuguhkan minuman di rumah duka. Alasannya, supaya ditengah malam kami-kami tidak merasa ngantuk saat menyanyikan lagu hiburan untuk keluarga duka," ungkap Harry.
Melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.00 Wita, Harry dan rekannya yang sudah dalam pengaruh minuman keras (miras), pamit pulang dan melintas di lokasi kejadian (TKP) di Jalan Sri Solo Manado, dengan menggunakan sepeda motor. Tiba-tiba, korban (Harimokoago) menahan kedua tersangka dan memukul rekan Harry hingga tidak sadarkan diri.
"Saya tidak tau apa masalahnya. Saya hanya membela diri, karena tiba-tiba itu orang langsung menahan dan memukul teman saya sampai pingsan. Melihat itu, saya langsung singel (berkelahi,red) dengan korban yang tubuhnya jauh lebih besar dari saya. Ketika dia (korban,red) terjatuh, saya langsung menikamnya dengan pisau (badik,red) di bagian dada kiri sampai dia tewas. Setelah itu, saya buang mayatnya ke laut," kilah Harry.
Kepala Unit (Kanit) Reserse Umum (Resum) Polresta KPPP, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Samuel Mongkow, yang ditemui di ruangannya mengatakan, tersangka berhasil dibekuk setelah mengikuti jejaknya dari Satu tahun lalu, ketika laporan dari Poltabes Manado masuk ke Polresta KPPP. Saat dibekuk di parkiran di arena Billiard di Jalan Ahmad Yani, tersangka tidak memberikan perlawanan sedikitpun. Alasannya, tersangka bermaksud mengunjungi teman wanitanya di arena Billiard tersebut.
" Semua foto dan jejak korban sudah kami kantongi dari tahun lalu. Penangkapannya baru sekarang, karena tersangka selama ini berpindah-pindah, dari Jakarta ke Makassar. Kami berhasil menangkapnya, juga atas bantuan informasi dari masyarakat yang kami kembangkan," kata Samuel.
Samuel menambahkan, tersangka malam ini (kemarin,red) akan diserahkan kepihak Polsekta Wanea Manado, yang sudah berada di Kota Makassar," Surat serah terimanya telah kami buat dan sudah ditandatangani oleh anggota Polsekta Wanea Manado. Tersangka sendiri akan diancam dengan pasal berlapis KUHP yakni, pasal 338, pasal 353, serta pasal 354 dengan masa tahanan hingga 15 tahun. Yaitu, melakukan penganiayaan sehingga menghilangkan nyawa seseorang. Rekan Harry sendiri, sudah menjalani masa tahanannya di Manado," jelas Samuel.

Rabu, 24 Desember 2008

Lagi, Polwiltabes Bekuk 7 Pelaku Penipuan Melalui SMS

Laporan : Mahatir Mahbub
MAKASSAR -- Setelah berhasil menangkap Tujuh pelaku penipuan melalui Short Message Service (sms) bulan November lalu di Gowa, anggota unit khusus Polwiltabes Makassar yang dipimpin langsung Kepala Unit (Kanit) Khusus Polwiltabes, Ajun Komisaris Polisi
(AKP) Rafiuddin, Selasa malam, 23 Desember, kembali membekuk Tujuh kawanan penipuan sms lainnya di dua tempat yakni, di Jalan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan Jalan Sunu.

Ke Tujuh pelaku yang juga berasal dari Kecamatan Belawa, Sidrap itu masing-masing, Ishak alias Iccang,23, Amrullah,24, Amirullah,20, Zulkifli,22, Mustamar,25, Nursam,24, serta pemipinnya Arif,23. Adapun barang bukti yang berhasil diamankan dari tangan ke Tujuh pelaku tersebut yakni, Kartu kredit, Handphone (hp), Dompet, kartu perdana jenis Simpati, Buku tabungan, STNK mobil palsu, Satu set komputer, Scan (alat pembuat kupon undian), bungkus sabun jenis Attack, Televisi 14 inchi, Playstation, Speaker jenis Toshiba. Selengkapnya lihat di grafis.

Informasi yang dihimpun Fajar, Rabu 24 Desember dari Kanit Khusus Polwiltabes Makassar, AKP Rafiuddin, penangkapan ke Tujuh pelaku tersebut berawal dari tertangkapnya Ishak alias Iccang di depan pintu Satu Universitas Hasanuddin (Unhas), dengan cara menghubunginya melalui via Handphone (hp) menggunakan suara wanita.

" Ishak kami pancing untuk ketemuan di depan pintu Satu Unhas. Suara wanita kami gunakan untuk memancing Ishak, dengan berpura-pura menjadi pemenang undian (korban,red) dan bermaksud ingin memberi uang administrasi yang diminta oleh pelaku," ungkap Rafiuddin.

Setelah menemui kesepakatan untuk janjian di depan pintu Satu Unhas, Ishak kemudian mendatangi anggota kepolisian yang langsung membekuknya. Dari penangkapan Ishak inilah, anggota unit khusus Polwiltabes melakukan pengembangan ke-enam rekan pelaku
lainnya. Dari pengembangan, anggota menangkap Mustamar dan Nursam di BTP. Sedangkan pelaku utama Arif, Amrullah, Amirullah, serta Amrullah dibekuk di Jalan Sunu.

" Kami membekuk mereka di dua tempat. Itu dari hasil tertangkapnya Ishak yang bertugas sebagai pencetak kupon. Selama ini kami kira kalau semua alat yang digunakan pelaku berada di Belawa. Namun setelah kami menggeledah rumah kontrakan Arif di Jalan Sunu, semua alat ada di rumah tersebut," tambah Rafiuddin.

Adapun cara yang digunakan oleh ketujuh pelaku ini, sama seperti yang digunakan oleh tujuh pelaku yang tertangkap sebelumnya di Kabupaten Gowa, yakni dengan menggunakan nama petinggi Polri yang ada di Sulsel seperti Kapolwiltabes Makassar, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Burhanuddin Andi, Wadir Reskrim Polda Sulselbar, serta beberapa nama lainnya.

Pengakuan pelaku utama, Arif di depan pemeriksa di Polwiltabes Makassar mengatakan, dirinya menjalankan praktik penipuan ini sejak Satu tahun lalu, dan telah meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah. Enam anggota lainnya mendapatkan 10 persen dari setiap
korbannya," Satu bulan tidak tentu berapa korban. Biasanya Tiga atau Empat orang. Setiap korban, anggota yang menemukan saya beri Sepuluh persen dari hasil yang diperoleh. Sebelum melakukan aksi, saya melakukan ritual dengan membaca doa di depan sesajen," beber Arif.

Selama melakukan aksinya tercatat dari hasil pemeriksaan pelaku, sudah Sepuluh kali mereka berhasil menipu korbannya dengan menggunakan nama biasa, Sepuluh kali menggunakan nama AKBP Muliyadi dan sekali menggunakan nama Kapolwiltabes Makassar.

Arif yang diperintahkan mempraktikkan melalui hp : " Hallo selamat pagi, saya Kapolwiltabes Makassar meminta saudara, untuk membantu mengirimkan biaya administrasi ke perusahaan yang saudara menangkan undiannya," itulah cara Arif menipu korbannya.

Kapolwiltabes Makassar, Kombes Pol Burhanuddin Andi, sempat geram melihat tujuh pelaku saat menyempatkan diri mengunjungi di ruang pemeriksaan. Pasalnya, alasan Burhanuddin, ini yang kedua kalinya namanya di catut oleh pelaku untuk menipu," Saya yakin mereka ada yang membekingi. Tidak mungkin mereka berani, mengetahui dan menyebut nama petinggi Polri yang ada di Sulsel kalau tidak ada yang memebritahukan mereka," ucap Burhanuddin.

Adapun kartu tanda anggota (KTA) yang dipegang pelaku, atas nama salah satu anggota bagian Subbid Bin Profesi Bidang Propam Polda Sulselbar yakni, Brigadir Polisi (Brigpol) Ariadi. Burhanuddin mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas oknum polisi tersebut.
Pasalnya penangkapan sebelumnya, KTA seperti itu juga dimiliki oleh pelaku.

" Kami Polri tidak akan memberikan toleransi kepada siapapun anggota Polri, yang terlibat dalam tindak kriminal. Nama oknum tersebut akan kami usut dan apabila terbukti pasti akan ditindaki, dengan seberat-beratnya. Ini sudah yang kedua kalinya nama oknum tersebut disebut oleh pelaku," tegas Burhanuddin.

Pengakuan Arif sendiri, dirinya sering memberi uang sebesar Seratus ribu kepada oknum anggota Propam tersebut, setiap bertemu. Dan lebih parahnya lagi, kata Arif anggota Propam Polda Sulselbar itu, mengetahui praktik penipuan yang selama ini digelutinya," Dia
au pekerjaan saya seperti ini. Setiap ketemu saya beri uang sebesar Seratus ribu kepada Brigpol Ariadi," ungkap Arif.

=========================
Grafis barang bukti yang diamankan :
Untuk kartu kredit :Delapan dari Bank Republik Indonesia (BRI)Dua belas dari Bank Nasional Indonesia (BNI)Lima dari Bank MandiriSatu dari Bank DanamonSatu dari BCA
Yang lainnya :Empat belas Handphone (hp) berbagai merekEnam DompetTiga belas Kartu Perdana jenis SimpatiSatu buku tabungan dari Bank Nasional Indonesia (BNI)Satu unit Televisi 14 inchiSatu unit Playastation tipe Tiga
Perlengkapan Komputer seperti :Satu unit CPUSatu unit MonitorDua unit Printer jenis hpDua unit Speaker komputer===============
Tugas-tugas pelaku
- Arif, warga Wongkoe Belawa, pimpinan komplotan, tugas bicara dengan korban- Ishak bertugas sebagai pencetak kupon- Amrullah bertugas sebagai penjemput uang di lokasi janjian, dan sering menggunakan
nama petingga Telkomsel Bambang Wardoyo- Amirullah bertugas sebagai penjemput uang di lokasi janjian, dan sering menggunakan
nama petinggi Bank Indonesia (BI)- Zulkifli bertugas sebagai pembeli perlengkapan- Mustamar bertugas meng-sms korban- Nursam bertugas meng-sms korban.

Kamis, 18 Desember 2008

Kenang Perjuangan Sudirman, Kodam VII Wirabuana Gelar Hari Infanteri

Laporan : Mahatir Mahbub
Kodam VII Wirabuana, Makassar

MAKASSAR -- Salah satu bentuk mengenang kembali peristiwa bersejarah di Yogyakarta yaitu, serangan militer Belanda yang dikenal dengan nama Agresi Militer II, Komando Daerah Militer (Kodam) VII Wirabuana menggelar hari Infanteri yang ke-63, Jumat 19 Desember.

Dalam peringatannya di markas Kodam VII Wirabuana, anggota Infanteri mengenakan perlengkapan dan persenjataan yang sangat sederhana. Informasi yang dihimpun Fajar, hal tersebut dimaksudkan agar anggota Infanteri terus memegang tekad dan semangat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Sudirman. Dimana pada Agresi Militer II di Yogyakarta, TKR berhasil memenangkan pertempuran untuk merebut Yogyakarta kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Adapun ritual anggota Infanteri sebelum melaksanakan upacara peringatan hari Infanteri tahun ini, anggota Infanteri menggelar gerak jalan, yang disebut dengan gerak jalan Peleton (Tonting) Yudhawastu Pramukha (YWPJ). Dalam gerak jalan yang dimulai sejak tanggal 15 Desember dan star di Bulukumba itu, melibatkan 17 Peleton dengan 17 etape dan menempuh 210,4 km.

Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djoko Susilo Utomo, yang ditemui setelah upacara mengatakan, peringatan hari Infanteri yang digelar setiap tanggal 19 Desember ini, adalah salah satu wujud mengenangkan kembali perjuangan Jenderal Sudriman, yang terus mempertahankan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

"Kita tahu, bagaiman perjuangan Jenderal Sudirman pada waktu itu di kota Yogyakarta. Beliau berjuang dengan cara bergerilya meskipun dalam keadaan sakit. Apa tujuan Sudirman kala itu, beliau ingin memperlihatkan ke PBB dan Belanda, kalau tentara Indonesia masih ada untuk mempertahankan NKRI," kenang Djoko.

Namun, saat ini keluh Djoko, perjuangan-perjuangan tersebut sudah mulai terlupakan oleh anak dan cucu bangsa, yang merupakan penerus perjuangan untuk mempertahankan kekokohan NKRI kedepan," Tapi kalau saya lihat, kemajuan tekhnologi dan kemoderenan perlahan-lahan mengikis semangat nasioanlisme bangsa kita. Coba tanyakan kembali ke anak-anak kita, apakah mereka masih mengetahui apa itu PKI dan gerakannya. Pasti sebagian besar dari mereka sudah tidak mengetahui itu," kata Djoko.

Akibatnya, ungkap Djoko, sekarang ini hampir sebagian besar kota di Indonesia, marak terjadi bentrokan yang sebenarnya bisa didudukkan secara bersama," Coba lihat sekarang bentrokan, antarmasyarakat dengan masyarakat, antarmahasiswa dengan mahasiswa, dan lebih parahnya lagi, antarmahasiswa dengan aparat penegak hukum. Jadi memang ada indikasi bangsa kita sekarang ini, kembali dimasuki oleh paham komunis yang ingin mengadu domba, untuk menghancurkan bangsa Indonesia," ujarnya.

" Untuk itu, semua komponen masyarakat, mari kita kembali merenungi apa yang telah pahlawan-pahlawan kita lakukan untuk memerdekakan kita dari penjajahan. Agar kita bisa menjaga bangsa ini, dari masuknya pemikiran-pemikiran saling menginjak-injak demi kepentingan pribadi," lanjut Djoko Susilo Utomo.

Selasa, 16 Desember 2008

DPO Jambret Dibekuk Polisi

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Berakhir sudah aksi kriminal Ahmad alias Aco Te'ne,23. Warga Jalan Cumi-cumi yang merupakan daftar
pencarian orang (DPO) Polsekta Panakkukang, atas kasus jambret ini dibekuk anggota unit khusus Polsekta
Panakkukang, Senin 15 Desember malam. DPO tersebut dibekuk di sekitaran rumahnya dalam keadaan mabuk.
Informasi yang dihimpun Fajar dari pihak Polsekta Panakkukang, pria yang badannya dipenuhi dengan tatto itu,
memiliki 15 TKP (lokasi jambret). Namun, dari pengakuan tersangka sendiri, dirinya hanya memiliki 10 TKP.
Masing-masing, sekitaran Jalan AP Pettarani, Pengayoman, Abdullah Daeng Sirua, Sukaria, Mall Panakkukang, Jalan
Flores hingga sepanjang Jalan Penghibur.
Selain laporan kepolisian di Polsekta Panakkukang, Aco Te'ne juga memiliki laporan kepolisian di Polwiltabes Makassar,
dan Polsekta Makassar. Anggota Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polwiltabes Makassar, Inspektur Dua (Ipda) Jopie
Dyei dan Ipda Wahyu, yang berkunjung ke Polsekta Panakkukang mengungkapkan, tersangka yang berhasil
ditangkap oleh anggota unit khusus Polsekta Panakkukang tersebut, memang sangat licin.
Pasalnya, kata Jopie, tersangka ketika dalam pengejaran polisi tergolong sangat cepat menghindar," Setiba di
Polwiltabes Makassar, kami akan membuka kembali laporan polisi tersangka. Kemungkinan besar lokasi yang
ditempati melakukan aksinya, sama dengan laporan yang ada di SPK Polwiltabes Makassar. Pernah ada laporan,
korban ada yang dirampas dompet, tas, uang dan motornya oleh tersangka dengan menggunakan badik," kata
Jopie.

Senin, 15 Desember 2008

Kebanggan Menjadi Pasukan Garuda Indonesia

"Informasi dan Tekhnologi sangat membantu kami dalam berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia. Jadi hampir tidak ada duka yang terasa selama bertugas di Lebanon,"

Laporan : Mahatir Mahbub
Pelabuhan Soekarno Hatta

Kata itulah yang terucap dari bibir, Komandan Satgas Konga XXIII-B/Unifil Letkol Inf AM Putranto, di sela-sela persiapan penerimaan kembalinya Pasukan Garuda Indonesia dari kesatuan Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) Brigif 3/TBS, Kariango. Kembalinya 356 Pasukan Garuda Indonesia, diterima langsung oleh Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Djoko Susilo Utomo dan Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Sulselbar, Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Sisno Adiwinoto.

Informasinya, 356 Pasukan Garuda yang tergabung dalam 1136 Pasukan Garuda se Indonesia tersebut, tiba di
Indonesia tanggal 10 Desember. Kemudian mereka mempersiapkan diri di Jakarta untuk kembali ke Makassar,
dengan menggunakan kapal KRI Surabaya.

Kata AM Putranto, kapal KRI Surabaya yang digunakannya hingga tiba di Makassar, merupakan kapal terbaik yang dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) sekarang ini. Pasalnya, menurut Putranto, di dalam kapal tersebut ada ruangan khusus yang dipersiapkan untuk Presiden Republik Indonesia (RI), dan tamu kenegaraan.

"Pokoknya di dalam kapal itu semua fasilitas bagus. Mulai dari ruangan pasukan hingga ruangan Presiden dan tamu kepresidenan," ungkap Putranto.

Terlepas dari itu, Putranto mengungkapkan sebagian kegiatan Pasukan Garuda lndonesia selama di Lebanon. Di Lebanon, Putranto membeberkan kegiatan pasukannya yakni, membantu anak-anak dalam pendidikan bahasa, Infomasi dan Tekhnologi (IT) hingga kebudayaan bangsa Indonesia. Selain itu, tetap pada tugas utama yakni, menjaga keamanan negara.

"Masyarakat Lebanon, sangat suka dengan kebudayaan bangsa kita. Terutama dalam lagu dan tari-tariannya yang kerap kami bawakan, dalam waktu-waktu santai. Keakraban masyarakat Lebanon membuat kami terus merindukan keluarga yang ada di Indonesia. Namun, itu semua bisa teratasi dengan semakin meningkatnya tekhnologi dunia," kata Putranto.

Menjadi Pasukan Garuda merupakan suatu impian terbesar bagi setiap anggota TNI. Kenapa, terang Putranto, untuk menjadi Pasukan Garuda sangatlah berat. Apalagi membawa nama kesatuan di setiap wilayah kesatuan, seperti kesatuan Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) Brigif 3/TBS, Kariango Sulsel.

Sesuai pernyataan Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal Djoko Susilo Utomo, yang ditemui di Pelabuhan Makassar yakni, Pasukan Garuda Indonesia adalah pasukan yang terseleksi. Mereka diseleksi selama Tiga bulan di Bandung, dengan jumlah pasukan yang mengikuti seleksi sekira 2000 pasukan dari berbagai kesatuan.

Di Lebanon, Pasukan Garuda Indonesia didampingi pasukan militer dari 29 negara dunia. Yang memiliki tugas serupa yakni, menjaga kestabilan negara Lebanon, membantu anak-anak korban perang hingga mendirikan penampungan, yang selain digunakan untuk tempat tinggal, juga digunakan sebagai sekolah dan rumah sakit.
Pokonya terang, Putranto yang memiliki tubuh tegap ini, Pasukan Garuda adalah pasukan terbaik yang dimiliki oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan utamanya bangsa Indonesia. (http//fatircrime.blogspot.com)

KBIH Nakal Kerap Jadi Biang

Laporan : Tim Investigasi Fajar

MAKASSAR--Maraknya kasus pembatalan pemberangkatan jemaah haji di Sulawesi Selatan bukan hanya disebabkan biro haji yang tidak bertanggung jawab. Keberadaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) nakal ternyata juga kerap menjadi biang masalah.
Bagaimana tidak, KBIH yang seyogyanya mengurus haji dalam hal ibadah, malah kerap ditemukan lebih dominan bisnisnya.Inilah yang jadi persoalan, sebab sejauh ini, izin KBIH diterbitkan sendiri Departemen Agama.Yang lebih parah lagi, KBIH nakal kerap melakukan praktik ilegal dan mengorbankan jemaah.
Salah seorang mantan ketua keloter 33 yang berangkat 2005 lalu, Ustaz Fatahuddin ditemui di rumahnya membeberkan, saat itu, ada KBIH yang ikut dalam rombongan 9. KBIH yang dia rahasiakan namanya itu mendaftar selaku jemaah.Persoalan kemudian muncul ketika jemaah sudah di Mekah. Jemaah meributkan dam-nya.
"Jemaah protes karena sudah bayar dam tapi tidak menyembelih. Padahal uang dam itu sudah diserahkan ke KBIH di Sudiang. KBIH coba mengarahkan jemaah untuk ifra saja sehingga dam bisa diambil. Ini jelas pembodohan. Makanya saat itu, selaku ketua kloter saya minta uang jemaah dikembalikan," beber Fatahuddin di rumahnya di BTP Blok AE No.537.
KBIH nakal juga memiliki jaringan luas. Bahkan hampir di setiap provinsi. Mereka juga kenal dengan orang-orang Depag. Makanya, untuk pindah pemberangkatan ke provinsi lain, itu bukan hal sulit. Jemaah cukup membayar tambahan uang Rp 10 juta, mereka langsung bisa diberangkatkan.
"Ada satu kasus di sini dulu. Salah seorang jemaah harus antre karena kuota terbatas. Tapi ia tiba-tiba berangkat melalui Gorontalo. Ternyata ia menambah pembayaran Rp 10 juta," bebernya.
Tapi itu cuma beruntung saja. Lihat saja kasus jemaah Wajo di Lampung yang batal berangkat. Itu juga ulah KBIH.
Menurut Fatahuddin yang begitu bersemangat bercerita ke Fajar, keberadaan KBIH ini bisa mengacaukan pengelolaan haji. Apalagi selama ini Depag juga seolah melakukan pembiaran dan malah sebaliknya bekerjasama.
KBIH menurutnya memang mendapat perlakuan istimewa dari Depag. Jika aturan naik haji ulang hanya bisa dilakukan setelah lima tahun, hal itu malah tak berlaku bagi KBIH. Setiap tahun, KBIH bisa naik. Jadi jatah yang seharusnya milik warga yang memang belum pernah naik haji akhirnya hilang. Muncullah antrean-antrean.
"Apalagi jumlahnya banyak sekali. Ini juga rancunya. Kenapa harus ada KBIH yang naik setiap tahun sedangkan sudah ada ketua kloter, ketua rombongan dan ketua regu. Jadinya kan ada dualisme di Mekah. Yang bingung jemaah sendiri," kata Fatahuddin.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi menurut Fatahuddin yakni adanya KBIH yang begitu gampang memberangkatkan jemaah. Mereka membayarkan ONH jemaah dengan hanya meminta sertifikat tanah atau bangunannya. "Yang memang mau sekali naik haji, itulah yang kerap tertipu. Mereka hanya mengejar gelar haji semata," keluh pembimbing haji dari Konsorsium Lailahaillallah Mappanyukki ini.
Bagaimana tanggapan Depag? Kepala Staf Urusan Haji Makassar, Drs H Abdul Wahid SH MH mengatakan, setiap tahunnya, Depag memang mengakomodir KBIH untuk berangkat ke Mekah. Malah kata dia, tahun ini, untuk Makassar, ada sembilan KBIH berangkat.
"Mereka itu memang terdaftar sebagai jemaah. Jumlahnya setiap tahun tidak tetap. Tapi memang tahun ini agak banyak. Itu sesuai porsi masuknya. Kalau porsinya masuk ya berangkat. Kalau tidak biasanya jemaah mereka dimerger ke KBIH lainnya," kata Wahid.
Untuk Makassar, menurut Wahid, ada 21 KBIH. KBIH tersebut antara lain; Al Ikhlas, Masjid Raya, Kodam, Polda, Harapan Mabrur, Darussalam, Annadwa, serta Yayasan Persaudaraan Haji Indonesia.

Penyidik Polwiltabes Ke Bone, Periksa 16 JCH

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Pihak Polwiltabes Makassar terus berupaya menuntaskan kasus penipuan 62 jamaah calon haji (JCH) asal Sulsel. Setelah melimpahkan berita acara pemeriksaan tersangka utama Fahrur Rozy. Kini tim penyidik Polwiltabes Makassar dalam hal ini Kanit IDIK II Polwiltabes Makassar, AKP Syaiful Alam beranjak ke Bone guna memeriksa 16 JCH yang gagal berangkat.
Informasi yang dihimpun Fajar di Polwiltabes Makassar, Sabtu 13 Desember, Kanit IDIK II Polwiltabes Makassar tersebut berangkat ke kabupaten Bone, didampingi Tiga orang anggotanya, serta Fathu Rahman Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, yang sebelumnya telah dinyatakan tersangka, namun belum ada penahanan.
Penangguhan penahanan terhadap Fathu Rahman dan istrinya Kifayah Rahman, diketahui atas pertimbangan Kepala Satuan Reserse kriminal (Kasat Reskrim) Polwiltabes Makassar, AKBP Rudi Herususanto, yang melihat keduanya kooperatif dalam memenuhi panggilan kepolisian, serta tidak melihat adanya itikad keduanya untuk menipu 62 JCH hingga gagal berangkat beribadah.
Selain itu, penangguhan penahanan keduanya didukung oleh sejumlah barang bukti, yang diperlihatkan Fathu ke tim penyidik Polwiltabes Makassar, seperti bukti transfer uang JCH atas nama Fahrur Rozy dan bukti pengembalian uang sejumlah JCH.
Kasat Reskrim Polwiltabes Makassar, Rudi Herususanto melihat, kegagalan JCH berangkat beribadah haji lebih kepada penggelapan dana haji yang dilakukan oleh tersangka Fahrur Rozy. Sedangkan status Fathu Rahman sendiri, hanya sebatas perekrut dan penampung dana haji yang diteruskan kerekening Fahrur Rozy.
Lebih jauh, Rudi mengatakan, tertangkapnya tersangka Fahrur Rozy di rumahnya di Surabaya juga atas bantuan Fathu Rahman, yang sejak bulan January melaporkan Fahrur Rozy atas kasus penipuan kerja dan penggelapan dana haji. Ada indikasi dana haji tersebut, terpakai oleh Fahrur Rozy untuk membeli rumah di Surabaya dan fasilitas lainnya seperti mobil Avanza.
"Kita lihat saja bagaimana pertimbangan hakim melihat itikad Fathu Rahman dan istrinya Kifayah Rahman. Dari hasil pemeriksaan keduanya, tidak ada sedikitpun unsur penipuan yang terlihat dari mereka. Kalau Fahrur Rozy pastilah sudah jelas statusnya sebagai tersangka. Itu dilandaskan atas hasil pemeriksaan, yang ditambah dengan itikadnya untuk kabur dari pengejaran polisi," kata Rudi.
Yang pasti, Rudi berjanji akan secepatnya menuntaskan kasus penipuan dan penggelapan dana 62 JCH asal Sulsel," Selain yang ada, kami masih melakukan pengembangan ke rekan Fahrur Rozy yang kini menjadi DPO," bebernya.

Minggu, 14 Desember 2008

Terpedo Aktif Ditemukan Nelayan di Perairan Samalona

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Sebuah terpedo aktif dengan bobot 40 kilogram ditemukan oleh seorang nelayan, Patahuddin Daeng Beta, Minggu 9 November, pukul 15.00 Wita, di perairan Pulau Samalona. Ketika ditemui di polresta Makassar Barat, Senin 10 November. Warga Rusunawa ini mengaku, menemukan terpedo yang memilki daya ledak 50-100 meter itu, saat ia mencari ikan bersama enam orang rekannya.
"Setelah melepas jala di laut pulau Samalona. Beberapa menit kemudian, saya bersama enam orang anggota kapal mencoba menarik jala. Yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pulau. Tiba-tiba jala saya terasa berat, dan ternyata tersangkut," kata Patahuddin.
Awalnya Patahuddin, tidak mengetahui kalau benda berukuran, panjang 1 meter dengan diameter 30 milimeter yang ditemukannya itu adalah terpedo,"Ketika saya terus mencoba menarik jala namun tidak bisa. Saya langsung lompat dari kapal dan menyelam. Ketika itu pula, saya melihat besi dengan panjang sekitar satu meter. Kemudian saya naik dan memanggil anggota untuk membantu mengangkat," ungkapnya.
Tepatnya Senin, pukul 05.00 wita, Patahuddin bersama enam anggotanya kembali ke Makassar, dan langsung melaporkan temuannya itu ke Polresta Makassar Barat. Salah seorang Tim Gegana Polda Sulselbar yang ditemui di Polresta Makassar Barat, mengatakan terpedo yang ditemukan oleh nelayan, Patahuddin masih akif dan memiliki ledakan yang besar. Namun, untuk kepemilikannya saat ini masih dalam penyelidikan,"Terpedo ini diduga buatan Jerman. Belum pasti siapa pemiliknya, karena masih dalam penyelidikan di Gegana Polda Sulselbar," kata salah seorang anggota Tim Gegana, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Operasi Cipta Kondisi, Razia Ribuan Botol Miras

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR-- Operasi cipta kondisi yang kembali digelar jajaran Polwiltabes Makassar, Sabtu pagi 15 November, berhasil merazia ribuan botol dan ratusan liter minuman keras (miras,red) berbagai jenis. Razia miras ini, merupakan tindak lanjut dari operasi preman dan operasi balapan liar beberapa waktu lalu.
Sejumlah barang bukti seperti minuman botolan jenis anggur, Bir dan topi miring. Polresta Makassar Timur merazia 76 botol, Polresta Makassar Barat 820 botol, Polresta Pelabuhan 20 botol, serta Polwiltabes Makassar 1567 botol. Sedangkan untuk jenis tuak (ballo,red) Polresta Makassar Timur 120 liter, Polresta Makassar Barat 820 liter, Polresta Pelabuhan 10 liter. Keseluruhannya berjumlah, jenis botolan 3923 botol serta 950 liter jenis ballo.
Dalam operasi miras yang digelar serentak di tiga wilayah polresta di Kota Makassar ini, polisi juga kembali menjaring sedikitnya 111 preman. Sebagian besar diantaranya terkena razia saat melakukan pesta miras. Polresta Makassar Timur 76 preman, Polresta Makassar Barat 15 preman, dan Polresta Pelabuhan 20 preman.
Kapolwiltabes Makassar, KombesPol, Burhanuddin Andi yang didampingi Kabag Operasional, AKBP Rickinaldo, di lokasi razia mengatakan, razia minuman keras yang digelar Polwiltabes Makassar ini, merupakan tindak lanjut dari operasi preman beberapa waktu lalu.
Berbagai jenis tindak kriminalitas, menurut Burhanuddin Andi, 95 % penyebabnya dari minuman keras yang dikonsumsi oleh pelaku,"Untuk itu salah satu upaya untuk meminimalisir tindak kriminal adalah, dengan memberantas penyebabnyayaitu minuman keras. Pelaku bali dan pelaku kejahatan yang saat diamankan, rata-rata sebagian besar berbau minuman keras," kata Burhanuddin Andi.
"Sebagian besar penjual miras yang terjaring ini, merupakan pemain lama. Mereka akan kami data, seperti preman dan pelaku Bali yang terjaring lalu. Kemudian mereka akan diberikan perjanjian untuk mengurus perizinan. Minuman keras yang diamankan di Polwiltabes Makassar, dan di tiga Polresta di Kota Makassar ini, juga ada yang memiliki tingkat alkohol lebh dari yang diperizinkan untuk dijual," lanjut Burhanuddin.
Dilain kesempatan, Kapolsekta Mamajang, Ajun Komisaris Polisi Kamaluddin mengatakan, Untuk wilayah Polsekta Mamajang, anggota unit khusus yang turun operasi dari pukul 07.30 Wita berhasil mengamankan ribuan liter miras jenis ballo. Miras tersebut terjaring di Jalan Tanjung Alang dan Sambung Jawa. Pelakunya tiga orang masing-masing, Daeng Maro, Daeng Rewa, serta Hatijah.
"Mereka sekarang ini kami amankan untuk memberikan efek jera. Setelah itu, mereka akan diberikan pengarahan untuk berhenti memperdagangkan minuman haram tersebut. Operasi cipta kondisi berupa razia miras ini, adalah perintah langsung dari Kapolwiltabes Makassar. Yang sebelumnya, beliau terjun langsung ke seluruh Polsekta untuk memeriksa kesiapan anggotanya," papar Kamaluddin di ruang kerjanya.
============Grafis==================
Hasil Operasi Cipta Kondisi Jajaran Polwiltabes Makassar
Minuman Keras, jenis Anggur, Bir dan Topi MiringPolresta Makassar Timur 76 botol.Polresta Makassar Barat 2260 botolPolresta Pelabuhan 20 botolPolwiltabes Makassar 1567 botol Total 3923 botol---------------------------------------------------Untuk Jenis Tuak (Ballo,red)Polresta Makassar Timur 120 LiterPolresta Makassar Barat 820 Liter Polresta Pelabuhan 10 Liter Total 950 Liter --------------------------------------------------Preman yang Terjaring Polresta Makassar Timur 76 Preman Polresta Makassa Barat 15 PremanPolresta Pelabuhan 20 Preman Total 111Preman

Mahasiswi Unismuh Ditemukan Tewas

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR -- Mahasiswi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Irawati,21 ditemukan tewas di kamar rumahnya di Perumahan Dosen Jalan Sultan Alauddin, Jumat 21 November. Melihat keadaan korban ketika ditemukan, korban diduga dibunuh.
Korban tewas dalam keadaan terduduk di tempat tidur kamarnya, dengan leher terlilit kain gorden yang masih tergantung. Korban sendiri saat itu, bersandar di dinding jendela rumahnya yang tidak terkunci. Disekitar korban, ditemukan surat yang ditujukan ke keluarga korban. Isi surat tersebut berupa,"Antar saya, biar saya tinggal di makassar saya tidak bisa wisuda. Saya takut dengan orang tua saya".
Tidak hanya itu, ketika ditemukan di rumah yang memiliki tiga kamar tersebut, korban bersama dua rekannya yakni Ansar dan Risma. Menurut Ansar, dirinya berada di rumah itu sekitar pukul 12.00 Wita, Siang,"Setiba saya di rumah, Saya langsung masuk ke kamar bersama Risma. Sedangkan pintu saat saya datang sudah tertutup rapat," kata Ansar.
"Beberapa jam kemudian, ketika saya dan Risma bermaksud kembali ke kampus untuk kuliah. Tiba-tiba Risma berteriak melihat korban sudah tewas terlilit kain gorden," lanjutnya.
Dikesempatan lainnya di RS Bhayangkara, salah seorang rekan kuliah korban mengatakan, kalau korban baru saja putus jalinan dengan pacarnya,"Baru satu bulan lalu korban agak lain. Teman taunya korban pernah putus dengan pacarnya. Korban juga sementara ini sedang mengurus untuk wisuda bulan Januari 2009 nantinya," katanya.
Dokter Forensik RS Bhayangkara, dr Mauluddin menjelaskan sesuai hasil pemeriksaan sementara, belum ditemukan tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Namun, pada alur darah dan nafas korban ada dugaan korban memberontak.
Kapolsekta Tamalate, AKP Ahmad Mariadi mengatakan, pihak kepolisian masih menyelidiki apa penyebab kematian korban,"Beberapa barang bukti seperti, surat dan kain gorden yang digunakan telah dibawah ke Polresta Makassar Timur untuk bahan penyelidikan kepolisian. Sedangkan dua rekan korban juga diarahkan ke Polresta untuk dimintai keterangan lebih lanjut," kata Ahmad yang ditemui di TKP.

Warga Pannampu Tewas Ditikam Preman

Laporan : Mahatir

Makassar -- Kesang,42, Warga Jalan Pannampu, Kelurahan Suangga, Kecamatan Tallo, tewas ditikam dibagian dada kirinya oleh dua pemuda yang diketahui adalah preman dari Jalan Gotong Royong. Dua pemuda tersebut, yakni Saiful alias Ipul,33 dan Uk alias Onel,33. Salah seorang pelaku penikaman, Ipul sudah diamankan di Mapolsekta Tallo, sedangkan rekannya Onel masih buron.
Informasi yang dihimpun di tempat kejadian perkara (TKP), Minggu 14 Desember, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 20.00 Wita malam. Salah seorang saksi yang juga anak korban, Suardi mengatakan, awal terjadinya penikaman yang merenggut nyawa ayahnya itu, dipicu oleh dua pelaku yang masuk ke dalam rumah korban dan mencari Ompeng. Saat itu, kedua pelaku dalam keadaan mabuk berat.
"Kedua preman itu mencari Ompeng, adik saya. Saya tidak tahu apa masalahnya sehingga adik saya dicari, sambil berteriak-teriak di dalam rumah," kata Suardi.
Geram melihat kedua pelaku berteriak-teriak mencari adiknya, Suardi pun terlibat perkelahian dengan kedua pelaku tersebut. Mendengar ada keributan di rumahnya, Korban yang saat itu tertidur di lantai dua rumahnya itu langsung dibangunkan oleh istrinya, Hj Aisyah. Dalam keadaan panik, korban yang baru bangun langsung turun ke bawah.
Melihat perkelahian itu, korban berusaha menutup pintu. Namun pada saat akan menutup pintu korban terpeleset hingga akhirnya salah seorang pelaku langsung menikamnya. Usai menikam, kedua pelaku kemudian mencoba melarikan diri. Namun, pelaku, Ipul tertangkap oleh warga dan sempat dihakimi warga sebelum dibawa ke Polsekta Tallo.
Di depan pemeriksa, Ipul mengaku pemicu persoalan sehingga dirinya menikam korban bukanlah persoalan serius," Saat itu saya dan Onel mau pulang ke rumah. Di perjalanan Ompeng (anak korban) menabrak kaki Onel menggunakan sepeda," katanya. Setelah menabrak kaki Onel, lanjut Ipul, Ompeng kemudian lari dan masuk ke rumahnya, yang Kemudian Onel mengejar Ompeng dan disusul dirinya.
Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsekta Tallo, Ipda Salim yang dikonfirmasi di TKP mengaku, belum berani memastikan motif pembunuhan ini. "Kami masih periksa secara intensif Ompeng dan Ipul. Menurut pelaku hanya masalah sepele saja," ujar Salim.

Jumat, 05 Desember 2008

Diduga Ilegal, Kayu Asal Kalimantan Diamankan *Sisno : Bukan Kayu Olahan Mesin Industri

Laporan : Mahatir Mahbub

MAKASSAR-- Direktorat Polair Sulselbar bersama Polres KPPP, Jumat 5 Desember, berhasil mengamankan sedikitnya 47 kubik kayu asal Provinsi Kalimantan Timur. Kayu ini diangkut menggunakan enam unit truk di Pelabuhan Makassar. Kayu jenis meranti yang diduga ilegal itu, ditaksir berharga Rp350 juta rupiah.

Kepala Polisi Daerah Sulselbar, Irjen Pol Sisno Adiwinoto didampingi Kabid Humas, Kombes Pol Hery Subiansauri dan Kapolresta KPPP, AKBP Sri Rejeki Budiarti, di Polresta KPPP, mengatakan, penangkapan kayu ilegal tersebut bermula dari informasi masyarakat Kalimantan yang menyebutkan, bahwa di daerahnya saat ini marak pengiriman kayu ke Kota Makassar.

"Kami menangkap kayu jenis meranti tersebut, setelah pemiliknya tidak mampu memperlihatkan dokumen pengesahan dan pengiriman barang yang sah. Meskipun ada, kami akan menyelidikinya lebih jauh. Karena kemungkinan besar dokumen-dokumennya bisa saja dipalsukan. Selain itu, sopir dan beberapa rekannya, juga akan diperiksa, baik sebagai penerima, maupun pengantar kayu," kata Sisno.

Sisno menambahkan, diduga kayu ilegal tersebut diolah bukan dengan mesin. Namun, hanya dikerjakan secara manual dengan cara digergaji.
"Kami Polda Sulselbar akan berkoordinasi dengan pihak Polda Kalimantan Timur untuk mengungkap dan memberantas kasus-kasus seperti ilegal logging, judi, ilegal mining, trafficking, dan narkoba," kata Sisno.

Informasi lainnya yang dihimpun Fajar di Polresta KPPP, kayu ilegal tersebut berasal dari CV Sinar Meranti Jaya yang beralamat di Jalan Mas Penghulu RT 43 nomor 79 Samarinda Seberang, Samarinda (0541 264036). Tujuannya, UD Usaha Mandiri Jalan Poros Maros nomor 101, Mandai (Maros).
Sopirnya bernama Kanro asal Salekoa Malakaji (Gowa).

Tujuan lainnya, H Sanusi, Jalan Sultan Alauddin (Makassar) dengan sopir bernama Ansar dan Ramli, alamat Boro (Jeneponto). Ada juga bertujuan ke UD Rizki Abadi, Jalan Poros Takalar Bonto Kaddu Pepe (Takalar). Sopir lainnya yakni, Achmad, alamat Jalan Kelara (Jeneponto) dan Jufri, tinggal di Kampung Kosi (Enrekang).

Dirpolair Sulselbar, Kombes Pol Agus Sutikno SH, MM, mengatakan, sementara ini, pihaknya masih memeriksa keenam sopir beserta truk pengangkut kayu ilegal tersebut. Keenam mobil yang diamankan bernopol Kalimantan, masing-masing, KT 8797 AQ, KT 8844 CB, KT 8999 AV, KT 8981 V, KT 8768 AK, dan KT 8593.

"Semua barang bukti seperti kayu ulin dan meranti serta truk pengangkutnya sudah kami amankan di KPPP. Kayu-kayu itu pacaan dan tidak bisa dimasukkan ke kategori hasil olahan industri," kata Agus Sutikno.

Polisi Kehutanan, Jhony Adam, dalam menanggapi penangkapan ini mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian. Sebab katanya, kayu-kayu tersebut dilengkapi dengan dokumen.
"Kayu itu memiliki kelengkapan dokumen. Makanya heran juga kalau sampai bermasalah. Kemungkinan ini lebih ke persoalan mobil," katanya di musalah Polresta Pelabuhan, kemarin sore.

Kamis, 04 Desember 2008

Jaringan Pemalsu Paspor dan Visa Palsu CJH Terbongkar

Laporan : Mahatir Mahbub - Amiruddin

MAKASSAR--Satuan Unit Resor Kriminal (Sat Rekrim) Polwiltabes Makassar, berhasil membongkar jaringan pemalsuan paspor dan visa pemberangkatan bagi calon jemaah haji (CJH). Terbongkarnya kasus ini berawal keberhasilan Satreskrim Polwiltabes menangkap tersangka utama, Fahrur Rozy di Jakarta beberapa hari lalu. Saat ditangkap, polisi juga mengamankan barang buktinya 13 kuitansi rekening pengiriman uang.
Fahrur melakukan aksi penipuan ini sejak tahun 2007 lalu. Dari total 62 orang korbannya, Fahrur berhasil mengeruk uang Rp 1,59 miliar.Dalam menjalankan aksinya, tersangka dibantu sejumlah rekannya, termasuk lelaki bernama Idrus dan Subadi yang kini dalam pengejaran polisi. Saat pemeriksaan, Fahrur juga menyebut jaringannya yang ada di Makassar. Ia menyebut salah satu oknum dosen fakultas Ilmu Budaya Unhas, Fathur Rahman, serta istrinya Kifayah Rahman. Malah, Fathur dan istrinya sudah diberikan surat panggilan pemeriksaan pada hari Rabu mendatang di Polwiltabes dengan status sebagai tersangka.
Oleh Fahrur, Fathur disebut sebagai pencari anggota untuk didaftarkan dalam pengurusan paspor dan visa CJH.
Keterlibatan oknum dosen ini terungkap dalam proses pemeriksaan di ruang Idik II Polwiltabes Makassar, Kamis, 4 Desember, kemarin.
"Saya mengenal keduanya di asrma haji tahun 2007 lalu. Saya kemudian mengajaknya untuk bekerjasama dalam mengelola pemberangkatan CJH. Fathur Rahman, bertugas sebagai pencari anggota untuk dibuatkan Paspor dan Visa palsu," kata Fahrur Rozy.
Informasi yang dihimpun dari pihak Polwiltabes Makassar, tersangka melakukan aksinya sejak tahun 2007 hingga 2008. Penghasilan pelaku sudah mencapai Rp 1,59 miliar dari 62 calon jamaah haji. Rata-rata warga yang tertipu membayar antara Rp 31 juta hingga Rp 35 juta. "Pada setiap jemaah haji, saya meminta Rp 31 juta dan Rp 35 juta untuk pengurusan pemberangkatan termasuk tempat tinggal," beber Fahrur Rozy.
Modus operandi penipuan ini adalah dengan mencari warga yang berniat menunaikan haji dengan cepat. Ketika berhasil mendapatkan orang yang meminta bantuan untuk berangkat haji, mereka kemudian didaftarkan ke Jakarta untuk pembuatan paspor dan visa. Namun paspor dan visa pemberangkatan itu palsu.
Di Jakarta, beberapa rekan tersangka seperti Idrus dan Subadi yang kini dijadikan Daftar Pencarian Orang (DPO) bertugas sebagai pemalsu paspor dan visa. Setelah semua selesai, paspor dan visa palsu kemudian dikirim kembali ke daerah-daerah dan diserahkan ke JCH.
"Setelah paspor dan visa palsu selesai di Jakarta, saya langsung mengirim dan menyerahkannya ke CJH. Setelah itu, saya kembali ke Jakarta menunggu pemberangkatan mereka," beber Fahrur.
Fahrur juga menyebut bahwa di tangan Idrus dan Subadi ada uang hasil penipuan Rp 400 juta.
Kepala Satuan Resort Kriminal (Kasat Reskrim) Polwiltabes Makassar, AKBP Rudi Herususanto yang dikonfrimasi di ruangannya mengatakan, pemalsuan paspor dan visa CJH ini memiliki jaringan besar. Pusatnya kata dia berada di Jakarta. "Jumlah tersangka dan yang masih status saksi berkisar puluhan orang. Mereka mencari anggota di luar Jakarta dan memalsukan papor dan visa di Jakarta," kata Rudi.
Rudi berharap, tertangkapnya Fahrur Rozy serta keterangan saksi, Fatur Rahman dan istrinya Kifayah Rahman bisa mengungkap jaringan ini yang ada di Kota Makassar. "Semuanya masih dalam penyelidikan dan penyidikan untuk wilayah Makassar. Jaringan mereka tidak tertutup kemungkinan juga besar di Kota Makassar," lanjut Rudi.
Kapolwiltabes Makassar, Kombes Pol Burhanuddin Andi membenarkan terungkapnya kasus penipuan ini. "Kita sementara memerosesnya," kata Burhanuddin seraya menyarankan Fajar menghubungi Kasat Reskrim.