Kamis, 18 Desember 2008

Kenang Perjuangan Sudirman, Kodam VII Wirabuana Gelar Hari Infanteri

Laporan : Mahatir Mahbub
Kodam VII Wirabuana, Makassar

MAKASSAR -- Salah satu bentuk mengenang kembali peristiwa bersejarah di Yogyakarta yaitu, serangan militer Belanda yang dikenal dengan nama Agresi Militer II, Komando Daerah Militer (Kodam) VII Wirabuana menggelar hari Infanteri yang ke-63, Jumat 19 Desember.

Dalam peringatannya di markas Kodam VII Wirabuana, anggota Infanteri mengenakan perlengkapan dan persenjataan yang sangat sederhana. Informasi yang dihimpun Fajar, hal tersebut dimaksudkan agar anggota Infanteri terus memegang tekad dan semangat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Sudirman. Dimana pada Agresi Militer II di Yogyakarta, TKR berhasil memenangkan pertempuran untuk merebut Yogyakarta kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Adapun ritual anggota Infanteri sebelum melaksanakan upacara peringatan hari Infanteri tahun ini, anggota Infanteri menggelar gerak jalan, yang disebut dengan gerak jalan Peleton (Tonting) Yudhawastu Pramukha (YWPJ). Dalam gerak jalan yang dimulai sejak tanggal 15 Desember dan star di Bulukumba itu, melibatkan 17 Peleton dengan 17 etape dan menempuh 210,4 km.

Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djoko Susilo Utomo, yang ditemui setelah upacara mengatakan, peringatan hari Infanteri yang digelar setiap tanggal 19 Desember ini, adalah salah satu wujud mengenangkan kembali perjuangan Jenderal Sudriman, yang terus mempertahankan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

"Kita tahu, bagaiman perjuangan Jenderal Sudirman pada waktu itu di kota Yogyakarta. Beliau berjuang dengan cara bergerilya meskipun dalam keadaan sakit. Apa tujuan Sudirman kala itu, beliau ingin memperlihatkan ke PBB dan Belanda, kalau tentara Indonesia masih ada untuk mempertahankan NKRI," kenang Djoko.

Namun, saat ini keluh Djoko, perjuangan-perjuangan tersebut sudah mulai terlupakan oleh anak dan cucu bangsa, yang merupakan penerus perjuangan untuk mempertahankan kekokohan NKRI kedepan," Tapi kalau saya lihat, kemajuan tekhnologi dan kemoderenan perlahan-lahan mengikis semangat nasioanlisme bangsa kita. Coba tanyakan kembali ke anak-anak kita, apakah mereka masih mengetahui apa itu PKI dan gerakannya. Pasti sebagian besar dari mereka sudah tidak mengetahui itu," kata Djoko.

Akibatnya, ungkap Djoko, sekarang ini hampir sebagian besar kota di Indonesia, marak terjadi bentrokan yang sebenarnya bisa didudukkan secara bersama," Coba lihat sekarang bentrokan, antarmasyarakat dengan masyarakat, antarmahasiswa dengan mahasiswa, dan lebih parahnya lagi, antarmahasiswa dengan aparat penegak hukum. Jadi memang ada indikasi bangsa kita sekarang ini, kembali dimasuki oleh paham komunis yang ingin mengadu domba, untuk menghancurkan bangsa Indonesia," ujarnya.

" Untuk itu, semua komponen masyarakat, mari kita kembali merenungi apa yang telah pahlawan-pahlawan kita lakukan untuk memerdekakan kita dari penjajahan. Agar kita bisa menjaga bangsa ini, dari masuknya pemikiran-pemikiran saling menginjak-injak demi kepentingan pribadi," lanjut Djoko Susilo Utomo.

Tidak ada komentar: